BERDOA
DI MASJID
Berikut sepenggal tulisan Papa semasa hidupnya yang Papa simpan rapih di sudut ruangan penuh cerita.
Dan tulisan Papa ini, baru saya temukan 3 hari setelah Papa meninggal.
Papa seperti meninggalkan pula 'berbagai jejak petunjuk' agar kelak salah-satu anaknya menemukan banyak tulisan pesan-pesan, petuah, amanah Beliau untuk membimbing hidup ketiga anaknya kelak disaat Papa nanti sudah menyusul Mama ke surga.
Beberapa artikel tulisan Papa ada di blog pribadinya : kemuning.
Dan tulisan Papa ini, baru saya temukan 3 hari setelah Papa meninggal.
Papa seperti meninggalkan pula 'berbagai jejak petunjuk' agar kelak salah-satu anaknya menemukan banyak tulisan pesan-pesan, petuah, amanah Beliau untuk membimbing hidup ketiga anaknya kelak disaat Papa nanti sudah menyusul Mama ke surga.
Beberapa artikel tulisan Papa ada di blog pribadinya : kemuning.
(Ditulis oleh Papa : 7 Januari 2018)
Tahun 1995 adalah
tahun yang penuh dengan ujian dan keprihatinan. Betapa tidak di bulan
Februari 1995 tepat bulan Shaum pukul 03.00 WIB pagi, Allah memberi ujian hidup yang sangat berat
bagi kami berempat. Betapa tidak selagi
anak-anak masih kecil, Mama sudah
dipanggil, sudah selesai tugas di dunia.
Seperti tidak percaya
mengapa begini. Boro-boro sempat mendekati tataran anak-anak kuliah dan berumah tangga. Saya dan ketiga anak pasti harus hidup dengan bergerilya lahir dan batin.
Siapa yang mau demikian kalau bukan karena Allah yang mempunyai jadwal bagi keluarga
kami harus demikian. Pikiran itu hanya sedetik saja sebab telah disibukkan dengan
urusan dimana harus dimakamkan, bagaimana harus mengurus keperluan ini dan itu,
siapa yang membantu. Siapa yang mengabari sanak famili yang ada di Jawa tengah ketika istri saya meninggal dunia dan
meninggalkan suami serta anak-anaknya yang masih pada kecil-kecil. Yang tengah anak laki-laki kebanggaan kami yang masih memerlukan sosok didikan ibunya, terutama si bungsu yang masih sangat kecil, belum mengerti bahwa
ia sudah ditinggal oleh Mamanya selama-lamanya.
Ternyata hanya Allah yang
mempunyai kekuatan tak terhingga.
Teman-teman TNI-AU yang ada di STM Widya
dan STM Angkasa mengartur semuanya.Teman
yang Dislitbang AU sampai lupa siapa saja. Semua menangis laki maupun perempuan. Berdatangan pula teman almarhumah dari Departmen perindustrian
Jakarta yang semua berlinang air mata. Teman-teman dan rekan kerja dari DPRD kota Bogor sampai dengan
Staf Kabupaten Bogor dan TNI-AU Atang Senjaya-Bogor datang memberi dorongan moril seakan mereka bilang dan berdoa pasti aku bisa melewati
hari depanku.
Semuanya terjadi
karena Allah telah membimbingku berbaik hati, berlaku baik, bekerja baik , bergaul baik
selaku guru, kepala sekolah, selaku dosen, selaku anggota TNI selaku anggota
DPR yang berjalan menurut garis yang IKHLAS.
Mungkin itu kuncinya. Seakan Allah
mempersiapkan saya seorang diri sehingga suatu saat Allah menopang kesulitan seseorang. Maka itu salah
satu wasiat hidup. Berbuatlah amal yang baik dan ikhlas, biarkan Allah yang
berkehendak.
Kalau bukan karena takdir rasanya berat sekali
hidup ini. Namun semua harus berjalan.
Allah telah mempersiapkan
biaya untuk anak-anak bisa bersekolah. Sejak
bulan Oktober 2001 sudah diberi bekal tambahan
selain gaji di TNI-AU saya dikaryakan di DPRD Kab. Bogor. Puji syukur ya Allah.
Berselang 2 bulan sepeninggal
isteri, maka pada bulan April 1995,
Allah membekali kami (saya) kesempatan ibadah haji bersama Ibu dan Adik. Penguatan
mental dengan bekal mengisi tauhid
dengan berhaji.
Ujian nyata berjalan
karena aku ditugaskan di Bogor sementara anak-anak dipertimbangkan nyaman tetap berada di Bandung bersekolah. Pasti dan pasti ada
kekurangan pengawasan dan pembimbingan. Hanya berbekal yakin akan diatur baik oleh Allah kepadaku. Aku percaya anak-anak
berjalan semampu-mampunya dengan permohonan dan tekad selamat-selamat-selamat.
Hanya sekali dalam seminggu bisa berkumpul bersama.
Semua bisa kami (saya dan anak-anak) lalui dan terpaksa, dengan kekuatan yang ada yang wajib disyukuri. Ternyata kondisi seperti ini
telah dipersiapkan oleh Allah SWT jauh sebelumnya
Kebiasaan memilih warna dan merancang baju
anak-anak sendiri, saya yang
memilih motifnya, warnanya coraknya dan mengantar anak-anak ke penjahit
langganan, kebiasaan mematut rambut anak-anak sampai
jenjang SMA (saya potong rambut
anak-anak hingga mereka duduk di SMA), rupanya salah satu
yang ikut mentremtamkan anak-anak mempunyai orang
tua yang memegang, mengelus, menyisiri, meancang baju mereka malah warna potongan
baju Mamanya
kala masih hidup. Hanya Allah yang Maha Tahu mempersiapkan diri seseorang.
4 Comments
Aduuuh terharu sekali membacanya. Terlihat jelas dalam tulisan ini bahwa beliau sosok yang kuat, tegar, pekerja keras dan penyayang.
ReplyDeleteAlhamdulillah. Makasih.
DeleteMudah2an Kita selalu dalam kasih sayang Allah SWT.amin
mirip sama kisah keluarga saya.
ReplyDeletepapa ditinggal ibu saat saya dan adik masih kecil.
alhamdulillah papa kuat menemani kami sampai beliau meninggal 5 tahun lalu.
Masya Allah.
DeleteSemoga Papa-papa Kita disana sudah tenang, senang bertemu lg dengan istri tercinta.
Kita anak2 yang ditinggalkan semoga diberi kekuatan dan ketabahan serta selalu dalam curahan kasih sayang Allah.amin 🤗
Hi there, thanks so much for taking the time to comment.
If you have a question, I will respond as soon as I can.
Dont be afraid to shoot me an email! If you have a blog, I will pop on by :)